Langsung ke konten utama

Hadits Tentang Anjuran Bersyukur dan Hal yang Menjadi Pendorongnya

Hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:

Artinya:
Dari Abi Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Lihatlah kepadaorang yang berada di bawahmu dan janganlah kamu melihat kepada orang yang berada di atas kamu. Demikian itu lebih mampu untuk mencegahmu dari menyia-nyiakan nikmat Allah atasmu.” (Muttafaq Alaih)

Imam As-Shan’ani menjelaskan dalam syarah (penjelasan) hadits ini bahwa yang dimaksud dengan lafal أسفَلَ (orang yang di bawah) adalah orang yang lebih rendah dalam hal keduniaan. Maka ketika kita sehat, hendaklah melhat (memikirkan) orang yang sakit dan membandingkan-nya dengan kesehatan yang diberikan Allah kepada kita. Demikian pula orang yang sempurna melihat (memikirkan) tentang keadaan orang yang buta atau bisu-tuli dan membandingkannya dengan keselamatan yang dimiliki kita. Demikian pula berpikir akan halnya orang yang lebih tidak berpunya dari pada kita.
Dalam hal ini dapat juga ditafsirkan bahwa orang yang di bawah adalah orang yang rendah martabat dan kehormatannya secara agama. Seperti memikirkan akan halnya orang yang terlalu cinta dunia yang mana ia seperti terlalu sibuk karenanya.
Hal demikian itu semua dapat meningkatkan rasa syukurkita kepada Allah SWT akan segala nikmatnya. ::

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengurus PCNU Harus Menjadi Representasi Orang yang Paham Aswaja

Poncokusumo, Nahdlatul Ulama adalah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang berideologi Ahlussunnah wal Jama’ah dan memperjuangkan serta membelanya. Organisasi ini juga menyatakan dalam tujuannya adalah berjalannya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di tengah-tengah masyarakat dengan jalan damai dan tanpa paksaan. Oleh karenanya maka pemahaman tentang aswaja yang dipahami oleh NU itu harus dimiliki oleh segenap warga Nahdlatul Ulama baik yang merupakan anggota aktif maupun bukan. Pengurus NU di berbagai tingkatanlah yang seharusnya menjadi contoh dalam hal ini. Demikian itu disampaikan oleh Ust Khoirul Hafidz Fanani pada saat memberikan ceramah dalam acara halaqah yang diselenggarakan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Malang di Kecamatan Poncokusumo (24/04) kemarin.

Ustadz Khoirul Hafidz: NU Tak Mengenal Fanatisme

Pncokusumo , Nahdlatul Ulama sebagai Organisasi Keagamaan dan Kemasyarakatan yang berhaluan moderat memiliki karakter moderat dalam hidup bermasyarakat. Karakter moderat (tawasshut), toleran (tasamuh) dan harmoni (tawazun) ini menjadi pedoman dalam berpikir dan bertindak warga Nahdlatul Ulama di berbagai tingkatan. Salah satu karakter yang menunjukkan sikap moderatisme warga NU ini ditunjukkan dengan sikap menghindari sikap fanatisme dan ekstrim baik ekstrim kanan dan ekstrim kiri. Hal ini disampaikan Ustadz Khoirul Hafidz Fanani dalam Halaqah Aswaja yang diselenggarakan di Kantor MWC NU Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang (24/4) kemarin. “NU tak Menerima fanatisme, tak ada konsepnya dalam NU.” Katanya di hadapan sekitar lebih dari 100 hadirin.

Hadits tentang Perbuatan Baik dan Dosa

Artinya: Dari Nawwas bin Sam’an berkata: aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang apa itu perbuatan baik dan apa itu perbuatan dosa. Maka nabi Menjawab: “Perbuatan baik itu adalah akhlaq yang baik. Dan dosa adalah apa yang bergejolak dalam hatimu, sedang kamu benci jika perbuatan itu diketahui orang.” (HR. Muslim) Imam Nawawi berkata: bahwa para ulama dalam menafsirkan klausa حسن الخلق menyatakan bahwa klausa tersebut dapat berarti: menyambung silaturrahmi, bersedekah, perangai yang lembut dan baik, pergaulan yang baik, dan juga bermakna ketaatan pada agama (Allah). Dan inilah kumpulan akhlaq-akhlaq yang baik. Qadli Iyadl juga mengatakan bahwa kata حسن الخلق juga berarti menolak kebiasaan (buruk) masyarakat dengan baik dan tetap baik kepada mereka, tetap mengasihani mereka, bersabar terhadap perilaku buruk mereka (kepada kita), meninggalkan rasa sombong, berdebat dan marah kepada mereka. ::